Selasa, 05 Maret 2013

Puisiku. Dimuat di Suara Daerah Jabar


Pelan-pelan aku mengerti
Oleh: Nina Rahayu Nadea

Dulu aku begitu buta ilmu, meraba abjad dalam kesamaran
Dulu aku begitu tuli pengetahuan menerka angka dalam kegalauan
Berkat jasamu…
kini aku pandai merenda kata menguntai kalimat

Tanpamu…
Kubangan dosa akan menenggelamkan bumi
melunturkan imanku
terseok ke gelapnya malam tak bertepi…

Tanpamu
Kolam nista akan bermuara di rahimku
melahirkan borok-borok yang menghancurkan tembok kepatuhan di negeri ini

Pelan-pelan aku mengerti…memaknai hidup.
Dan Jangan pernah menyalahkan seorang guru.
Negeri porak-poranda manusia merangkai mimpi menceburkan diri ke  sagara hilap. menenggelamkan dirinya sendiri
tahta  senantiasa membawa dirinya kehausan

Pelan-pelan aku mengerti, betapa sulitnya menjadi guru.
Dan jangan pernah menyalahkan seorang guru.
dicerca dan dimaki ketika negri ini penuh keringat orang berijajah dan bertitel
nafsu menutupi mata hatinya.
Dan si papapun terinjak  tanpa makna

Pelan-pelan aku mengerti, betapa sulitnya menjadi guru.
Dan jangan pernah menyalahkan guru.
Betapa anak-anak sudah terlena dengan tekhnologi terbuai dengan mimpi instan di televisi.
Hingga angka-angka yang terpampang di papan tulis ibarat bom yang akan meledakan ambisi di suatu pagi.

Pelan-pelan aku mengerti, betapa sulitnya menjadi guru.
Karena aku adalah guru.
Yang dicaci dan dimaki ketika negeri ini kelu












Demi Mimpiku
Oleh: Nina Rahayu Nadea
Setiap hari kusingsingkan lengan bajuku
Mengejar mimpi dan harapan, merenda cita dan cintaku
Terukir indah suatu asa  dalam pikiranku
Tapi akankah aku raih?

Demi mimpi-mimpiku…
aku rela berguru pada mentari,
Teriknya menyelinap urat nadi
Panas menyengat menguatkan ototku
Membumihanguskan rasa takut yang menjalar di tubuhku
Setiap langkah adalah harapan demi mengenyam ambisiku

Demi impianku…
aku rela berguru pada rembulan,
Kelembutannya menenangkan andrenalinku
Memberi sejuta mimpi hingga putus asa tak bertengger di otakku
Setiap desah nafas adalah harapan demi merajut cita-citaku

Untaian waktu adalah keringat kegigihanku
Itulah aku…
Sang  peminta-minta yang terus berguru
Pada waktu dan pada rimba duka
Karena aku tak punya waktu untuk berguru pada seorang guru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar