Dongeng
Gelembung
Impian
Oleh:
Nina Rahayu Nadea
Di
negeri dongeng, tepatnya di tepian
hutan. Ruru tinggal dengan kakeknya yang sudah renta. Ia sudah tidak punya ayah
ibu sejak kecil. Hari-harinya ia habiskan untuk mencari kayu-kayu kering di
dalam hutan.
Hidup
dalam kesederhanaan selalu menemani Ruru
setiap hari. Namun tak ada keluh yang
tersampaikan dari mulut Ruru pada kakeknya. Bahagia bersama kakek yang menemani
dan menyayangi setiap hari.
Beberapa
hari ini Ruru besedih. Karena kakeknya sakit. Kini semua segalanya dilakukan
seorang diri. Bukan karena pekerjaan yang membuat Ruru bersedih. Ruru takut
kakeknya akan terus sakit dan tak bisa menemaninya.
Kakek
tahu Ruru sangat sedih, karena dirinya tak bisa lagi menemaninya bermain. “Bermainlah di luar, Ru. Jangan di dalam terus.”
Ruru
melihat ke arah kakek. Menatap jendela kamar yang terbuka. Tapi tak menjawab,
hanya menundukkan kepala.
“Tak
usah khawatir dengan Kakek. Kakek bisa sendirian. Kalau ada apa-apa kan tinggal
teriak.” Rupanya Kakek tahu apa yang ada dalam hati Ruru. “Kakek punya sesuatu
untukmu.” Kakek mengeluarkan sesuatu.
“Apa
ini, Kek?”
“Itu
mainan gelembung. Sengaja kakek buatkan
untukmu.”
“Wah,
asiik.”
“Satu
lagi. Ucapkanlah keingnan atau impianmu
ketika gelembung mengembang di udara.” Kakek berbisik. “Yakinlah ia akan
menolongmu.”
*
Semenjak
itu Ruru tidak lagi murung. Selepas mengambil kayu bakar dan mengurus Kakek,
Ruru akan ke luar dari rumah. Bermain di pekarangan. Asik dengan gelembung
sabunnya yang baru.
Setiap
gelembung yang keluar dari mulutnya selalu ada impian yang disampaikan padanya.
Ruru berharap gelembung impian yang terbang itu. dapat mewujudkan impiannya.
Ruru gembira karena dengan begitu ia mempunyai
teman bicara. Ya, terkadang Ruru berbicara sendiri pada gelembung.
“Terbanglah....
terbang yang tinggi yah, sampaikan impianku!” Begitu selalu dengan senyum
mengembang. Ruru yakin dari ratusan gelembung impian yang terbang, ada satu
keinginannya yang terpenuhi.
*
Bocia
berdiri mematung di jendela kamarnya
yang berada di lantai 2. Ia begitu kesepian. Ayahandanya yang seorang raja tak
memberi ijin untuk main dengan sembarang orang. Apalagi situasi kerajaan sedang
kacau. Ada penyusup yang akan menghancurkan kerajaan.
Suatu hari Bocia melihat gelembung ke arahnya. Satu dua dan kemudian ada banyak
gelembung. Mula-mula dibiarkan. Namun semakin lama gelembung itu semakin
banyak. Bocia pun dengan suka cita memainkan gelembung-gelembung itu. Hidupnya
yang terkurung dalam sebuah istana, sedikit terobati dengan adanya gelembung.
Semakin
hari Bocia semakin penasaran. Dari mana
asalnya gelembung itu. Maka diperitahkannya burung kesayangan untuk
menyelidiki dari mana asal gelembung itu. Sang burung manut mengikuti titah majikan. Terbang melayang melewati pepohonan mencari arah
gelembung itu berasal.
*
Hari
ini seperti biasa Ruru bermain di depan rumah dengan gelembung di tangannya.
“Ayo...
terbanglah tinggi. Antarkan impianku.
Aku ingin mempunyai teman... aku tidak ingin kesepian. Aku ingin kakekku
sembuh.” Begitu suara Ruru.
Ruru
menatap lega gelembung yang semakin lama semakin meninggi.
“Ru,
tolong ambilkan air.” Suara kakek terbatuk.
“Iya,
Kek. Ruru datang segera dan membawakan
air untuk Kakek. “Kakek tidak apa-apa?” Ruru memegang dahi Kakek yang panas.
“Tidak
apa-apa,Ru. Makasih minumannya. Ayo bermainlah
kembali.”
“Ruru...”
Terdengar suara dari luar.
“Ruru..”
Kembali suara itu terdengar.
Ruru
dan Kakek saling berpandangan.
“Ayo
lihatlah?” Mungkin itu impianmu.
Ruru
keluar dan melihat sekeliling. Tapi tak ada sesiapa. “Mungin hanya pendengaranku
saja.” Ruru berguman. Mengambil gelembung, bermaksud membawanya ke rumah untuk
disimpan.
Sekonyong-konyong
dari arah belakang seseorang mucul dan mengagetkanya.
“Ruru,
yah?”
“Eu...”
Ruru terlongo.
“Namamu
Ruru kan?” kembali ia bertanya.
“Koq
kamu tau?”
“Gelembung
impianmu yang membawaku ke mari. Maukah kau menjadi temanku.” Tangan anak itu
terulur. “Oh, iya namaku Bocia. Kamu bisa panggil aku Bocia. Oh iya, nih ramuan
dari ayahandaku untuk kakekmu. Berikanlah. Ia akan segera sembuh.”
Ruru
begitu berbahagia, ternyata kakeknya benar. Gelembung impian itu, kini menjadi
kenyataan. Semenjak itu Bocia menjadi sahabat Ruru. Dan Ruru bisa bermain di ke
istana kerajaan.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar