Pulau
Es Krim
Oleh:
Nina Rahayu Nadea
“Nyam...
nyam... nyam.... Hem, yummy.” Denis
memetik kembali bunga yang ada di pinggirnya. Mengunyah perlahan. Matanya
melirik ke kanan dan ke kiri mencari sasaran lainnya untuk dirasakan di
mulutnya.
Gembira tiada terkira ketika Denis
terdampar di sebuah Pulau. Pulau Es Krim. Tentu bahagia, karena ternyata yang terdampar
di pulau ini adalah anak-anak pilihan. Mereka terpilih untuk merasakan aneka es krim yang berada di sini. Bukan hanya tanaman
yang berupa es krim, tetapi segala benda yang berada di Pulau Es Krim ini,
semua bisa dimakan dan dinikmati. Hem, menggiurkan.
Tentu anak di sini bergembira,
karena dapat merasakan sebanyak mungkin es krim tanpa ada larangan dari orang
tua.
Beberapa anak bergerombol. Satu
diantaranya menghampiri Denis.
“Devil yah?” Denis berkata sebelum
anak itu berucap.
“Devil?” Dahinya mengernyit. “Siapa
itu Devil?”
“Bukankah kamu Devil? Teman satu
kelasku itu?”
“Maaf aku bukan Devil. Aku Arya.”
Ia mengulurkan tangan.
“Oh, maaf aku salah. Wajahmu sama
persis dengan temanku. Anak satu kelas yang mempunyai hobi sama. Suka makan es
krim, hehe. Maaf yah, namaku Denis.”
“Denis? Nama yang bagus.” Ia
tersenyum.“Yu, kita bermain ke kolam sebelah sana. Lihatlah kolamnya luas dan
jernih. Aku ingin berenang di sana.”
“Ayo... aku pun ingin.”
Seperti telah lama berkenalan Denis
dan Arya larut dalam permainan. Padahal pertemuan mereka baru beberapa menit
saja. tapi rasa canggung dan kaku tiada kentara dari wajahnya. Mereka begitu
bahagia bertemu dan bermain bersama, merasakan aneka permainan serta
pemandangan yang sangat indah di Pulau Es Krim.
“Hey! Airnya manis, enak seperti es
krim,” Arya berteriak girang.
“Benarkah? Aku coba.” Denis
mengikuti apa yang dilakukan Arya.
“Benarkan?”
“Hem benar sekali. Mantap.” Mereka
kembali berenang, sesekali tangannya
iseng mengambil air dan memasukan ke dalam mulut.
“Aku cape. Kita istirahat dulu yu!”
Ajak Denis.
“Ayo. Yu! kita berteduh di bawah
pohon rindang itu.” Usul Arya.
Mereka berjalan ke arah pohon rindang.
Berteduh di bawahnya. Merasakan semilir angin yang begitu mendayu.
“Hey lihat, benda apa ini?” Denis
memungut benda kecil yang jatuh dari atas pohon.
“Itu buah Cherry.” Seru Arya.
“Waw, rasanya enak banget, beda sekali dengan
es krim sebelumnya. Ayo kamu coba Arya.”
“Iya, enak banget.” Kepala Arya
mendongak ke atas.
“Kita naik yu, mengambil buah cherry
itu.”
“Tapi lihat banyak burungnya.”
“Halah masa kita kalah sama burung,
begitu pohonnya dipanjat, paling dia langsung terbang.” Denis tertawa.
“Kamu duluan.”
“Ok!” Dengan sigap Denis memanjat
pohon. Beberapa kali tangannya kena patuk
burung yang sengaja menghalangi langkah. Tapi Denis tak bergeming, ia terus
saja menjalankan aksinya. Niatnya ingin tetap sampai di atas pohon, dan
mengambil buah cherry sebanyak mungkin.
“Arya, cepat. Buahnya banyak
banget!”
“Aku ngak jadi naik. Burungnya pada
marah.”
“Ah, cemen kamu.”
Denis mengambil beberapa buah cherry
dan memasakukannya ke dalam saku. Satu dua kali aksi Denis dibiarkan burung itu.
Tapi lama-lama burung itu marah, mereka beraksi dengan cara mengepung dan mematuknya secara bersamaan.
“Sana pergi... pergi!”Denis berteriak mengibaskan tangannya ke sana ke mari. Denis lupa, bahwa ia sedang berada di atas pohon. Hingga akhirnya keseimbangan badannya hilang.
“Aw....
!” Badan Denis terjatuh. Mulutnya berdarah karena mencium tanah.
“Denis!”
“Aduh...
sakit....”
“Sudah,
makanya begini kalau tidak menurut sama Mama.”
“Denis
membuka mata. Mana Arya, Ma?”
“Arya,
siapa?”
“Temen
Denis di Pulau Es Krim.”
“Arya?
Pulau Es krim? Sudahlah mungkin kamu bermimpi. Dua hari ini badanmu demam karena
infeksi gigi. Begini jadinya kalau malas gosok gigi.” Mama cemberut.
“Maafkan
Denis, Ma.” ***
Salam kenal kak, suka dengan pesan di akhir cerpennya. Jk berkenan boleh mnta alamat email radar bojonegoro?
BalasHapusMakasih telah berkenan baca. Salam kenal juga :)
HapusEmailnya: kenalyan@yahoo.co.id