Sabtu, 22 November 2014

Dimuat di Majalah Potret, Banda Aceh

Perempuan Masa Kini
Oleh : Nina Rahayu Nadea (Komunitas IIDN, Bandung Jawa Barat)

Belakangan ini, masyarakat  dikejutkan maraknya kasus pemerkosaan terhadap perempuan, dan yang lebih menyedihkan kasus-kasus seperti ini adalah terjadi di sebuah angkot tempat mereka menumpang ketika kerjanya selesai. Apa yang anda pikirkan?? Tentu berontak dan marah pasti meliputi hati Anda. Betapa tidak seorang perempuan yang harusnya dijaga, diberi penghargaan dan dijungjung tinggi harkat dan martabatnya malah mendapat perlakuan yang sangat tidak manusiawi. Angkot yang merupakan fasilitas umum yang penting kini menjadi hal yang begitu menakutkan.
Banyaknya kasus pemerkosaan yang terjadi dalam angkot. Pun di tempat lain, terjadi akibat adanya peluang yang terjadi dan dilakukan spontan oleh pelaku. Tapi ada juga yang dengan sengaja mempersiapkan dirinya melakukan pemerkosaan atau kriminalitas lainnya karena para korban yang lengah dan tidak berdaya,
CIREBON (Pos Kota) – Mayat berjenis kelamin perempuan ditemukan di dalam terowongan jembatan Tol Kanci-Pejagan tepatnya di KM 246. Dugaan sementara korban sengaja dibuang ke dalam selokan di jalur tol milik Bakrie tersebut, Senin (7/5/2012).
Informasi yang diperoleh, mayat perempuan itu ditemukan oleh petugas tol yang tengah melakukan patroli. Saat itu petugas mencium bau busuk yang menyengat. Setelah dicari ternyata sumber bau busuk berasal dari terowongan tol. Benar saja, mayat perempuan yang sudah membusuk tergeletak di dalam terowongan.(www.poskota.newscom)
Ada banyak kasus yang menimpa perempuan yang tergolong kasus kriminalitas. Ya, perempuan memang sangat rentan dengan masalah kriminalitas. Mengapa hal ini terjadi? Mungkin karena mereka menganggap bahwa perempuan adalah mahluk yang lemah dan gemulai dan takan pernah melakukan perlawanan  dan hanya akan menangis jika aksi kriminalitas berlangsung. Berbeda degan lelaki yang dengan segera sigap. Kelaki-lakiannya muncul pabila aksi yang tidak diinginkan terjadi.
            KOMNAS Perempuan dalam siaran pers Hari Ibu tahun 2011 menyebutkan, pada tahun 2010 terjadi 105.103 kasus kekerasan terhadap wanita yang tercatat, 101.128 (96 %) nya adalah kasus KDRT. Komnas Perempuan mendokumentasikan, pada periode 1998-2010 sebanyak 93.960 kasus (25%) adalah kasus kekerasan seksual berupa perkosaan, pelecehan seksual, perdagangan wanita untuk tujuan seksual, eksploitasi seksual, penyiksaan seksual, dsb. Bila dirata-ratakan maka setiap hari ada 28 wanita menjadi korban kekerasan seksual di Indonesia (https://miauideologis.wordpress.com)
Masalah kriminalitas yang mengganggu para perempuan bukan terjadi sekarang ini. Jauh dari dulu sudah ada,  tapi persentasenya semakin ramai sekarang ini. Miris memang di saat emansipasi perempuan  semakin tinggi, disaat perempuan berusaha untuk setara dengan para lelaki dalam bekerja, di saat  globalisasi sekarang yang memberi peluang  melebarkan langkah. Para perempuan justru dihadapkan dengan rasa tidak aman, akibat kriminalitas yang kian menggunung.
Secara fitrahnya seorang perempuan pasti menginginkan waktunya tercurah hanya untuk keluarga, mengayomi anak-anaknya dalam waktu yang cukup. Tapi kenyataan tidak semudah yang dibayangkan. Adanya kapitalisme bebas sekarang ini  belum menjamin adanya kesejahteraan hidup dan mengayomi kebutuhan rumah tangga. Lihat saja di sekeliling kita, banyak sekali para pria sebagai kepala keluarga yang kelimpungan - tidak bisa mencukupi kehidupan keluarganya karena gajinya yang masih jauh mencukupi keluarganya.
Hal ini menyebabkan perempuan yang seharusnya mengurus anak, tinggal di rumah menjaga keutuhan keluarganya kini tidak lagi menjadi fokus. Kini para perempuan bersama para suaminya sama-sama mencari pekerjaan hanya untuk keutuhan keluarga. Tak  jarang dari perempuan ini mengalami eksploitasi bekerja hingga larut malam. Kelelahan yag menderanya bertambah berat dengan masalah yang semakin komplek dengan kriminalitas yang tentu saja membuat para perempuan ketar ketir dalam bekerja.
Ada beberapa alasan mengapa perempuan seringkali dijadikan tindak kriminalitas oleh para pelaku:

Anak-anak yang kurang perhatian keluarga, bermain di luar rumah tanpa ada batasan, hingga akhirnya bebas melakukan hal yang mereka inginkan tanpa pengamanan orang tua. Apalagi dengan zaman tekhnologi yang kian canggih,  HP, internet, media cetak, media visual, sangat memudahkan mereka untuk mengacces apa yang mereka inginkan. Tanpa bimbingan orang tua tentu akan memudahkan mereka melihat hal yang belum pada waktunya yang dalam hal ini memicu pada tindakan kriminalitas.
Maraknya kesetaraan yang salah kaprah, ingin segera mewujudkan impiannya menjadi sosok yang sukses dan dihargai orang lain,  dengan tanpa pengamanan dan kendali yang kuat menjadi seorang perempuan sasaran yang empuk dalam hal kriminalitas. Lihat saja korban trafficking  yang semakin banyak atau masalah TKI yang terus berkelanjutan menjadi masalah yang kian hari kian menggunung. Ya, para perempuan yang haus akan sebuah mimpi dalam kesejahteraan kini menjadi dilema dalam masalah kriminalitas yang berkepanjangan. Dan ini harusnya menjadi perhatian yang lebih bagi para pihak terkait.
Hal yang memprihatinkan yang membuat semakin maraknya kriminalitas terhadap perempuan adalah karena perempuan itu sendiri yang banyak mengumbar aurat. Perempuan yang merupakan mahkluk Tuhan yang seksi dan menjadi sorotan lelaki hidung belang seringkali dengan sengaja mempertontonkan hal yang harusnya ditutupi ke ruang  public. Rok mini, pakaian ketat, memperlihatkan dadanya, seringkali tanpa disadari membuat andrenalin lelaki meninggi dan sulit tuk dihindarkan.
Penampilan menarik di masa kini diharapkan mampu memperlancar hubungan kerja dengan banyak pihak. Karena dari penampilan biasanya akan timbul rasa suka sehingga berlanjut ke masalah lainnya. Tapi jangan disalahkan, jika pada akhirnya dari penampilan itu sendiri timbul masalah yang susah untuk dihindarkan.
Dilema memang, menjadi sosok perempuan yang ingin trendy di sela aktifitas bekerjanya tapi di sisi lain menyimpan suatu problematika yang akan dirasakannya sendiri. Untuk itu perlu dipertimbangkan dari berbagai sisi dalam melakukan atau memakai mode pakaian. Di sisi lain tidak dibilang jadul tapi di sisi lain adalah tetap memegang norma dan menutupi aurat agar tidak terlihat di ranah publik. Karena percayalah dengan berdandan memakai dan menutup aurat, seorang perempuan masih bisa bekerja dengan optimal.
Yang paling meyesakan dan menjadi derita para korban kriminalitas perempuan adalah hukum bagi para pelaku kriminalitas yang sangat rendah. Hingga akhirnya tidak ada rasa jera dalam diri pelaku hingga tetap saja melakukan hal tersebut terus menerus. Dan ini merupakan momok yang sangat menakutkan bagi perempuan. Apalagi para perempuan yang mengharuskan mereka bekarja malam.
Mengingat korban kriminalitas perempuan semakin meninggi dan ini membuat penderitaan para perempuan terus menerus maka diharapkan pemerintah lebih serius menangani para korban dan menjatuhkan  hukuman setinggi tingginya kepada para pelaku. Bila perlu beri kesetaraan hidup yang layak untuk para pria sebagai kepala rumah tangga, yang diharapkan mengurangi angka kriminalitas para perempuan Indonesia.
Dan untuk para perempuan yang masih tetap setia menemani suaminya bekerja.  Dan tak rela menananggalkan pekerjaannya, demi rupiah karena kebutuhan yang semakin merangkak.  Mari kita tata minimal dari diri sendiri untuk menghindarkan terjadinya kriminalitas mendera kita. Berpakaian yang tidak mengundang syahwat lelaki, tidak memberikan peluang berduaan walau tuk sekedar makan malam, pastikan HP  tetap online. Bagi para pengguna angkot, pastikan anda tidak sendirian di dalamnya. Berteriak kencang jika Anda berada dalam perangkapnya, karena ini akan menjadi perhatian masyarakat.
                Dan tetap diingat bahwa perempuan masa kini adalah perempuan yang sanggup membagi waktunya untuk karier dan rumah tangga. Tetap ingat fitrahnya, sebagai ibu rumah tangga yang memberi perhatian lebih untuk anak dan keluarganya serta  memberi tuntunan hingga menjadi panutan anak-anaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar