Selasa, 18 November 2014

Yatim Mandiri


Yatim  Mandiri
                Banyaknya kejadian yang kutemui, menyebabkan  trauma dan tidak pernah mau memberikan uang sepeser pun pada para gepeng di jalanan.
                Bermula ketika suatu kali seperti biasa  menggunakan bus umum untuk kembali ke kota Bandung,   mengenyam ilmu.
“Mbak sedekahnya, Mbak,  saya belum makan.” Seorang  pemuda mengarah padaku.  
“Hem, dasar malas,”  batinku. Ketika kulihat pemuda itu berbadan normal. Pun tak sedikit  terlihat sakit.
“Ayo, Mbak.” Ia sedikit memaksa. Dan terus berdiri di dekatku.
Tadinya aku tak berniat memberikan uang padanya. Tapi karena ia terus berdiri di pinggirku dengan muka yang membuatku takut. Alhasil  aku memberikan uang padanya walaupun benar-benar hati ini tak ridho.
Kali lain aku melihat seorang laki-laki yang duduk di sebelahku, dipukul oleh seorang pengamen karena tidak memberikan uang. Ini kusaksikan di depanku. Dan semua menyebabkanku untuk selalu berhati-hati, minimal selalu duduk di tempat aman. Duduk di pinggir jendela dan berpura untuk tidur.
Kejadian lain yang membuatku ngeri adalah seorang Bapak yang berpura jalannya pincang, ia bahkan sampai tertidur di trotoar dengan darah yang sudah megering di kakinya.  Saat itu aku menyaksikannya dari dalam angkot. Praktis, hal ini membuat banyak orang merasa kasihan, dan banyak yang memberikan uang. Tapi tiba-tiba segerombolan orang berlari. Banyak diantaranya adalah pengemis yang berlari menyelinap ke gang-gang yang sempit.
“Ada rajia.” Ucapan sesorang itu membuat bapak  tadi bangkit. Dan segera berlari menghindar dari keramaian. Semua terlongo dan baru menyadarinya kemudian. Bahwa ia telah melakukan penipuan. Berpura cacat, padahal nyatanya tidak.
Semua yang kulihat dari pandanganku itu, jujur telah membuatku menjadi yang lain. Apatis. Aku tak pernah  mau melihat mereka. Karena aku berfikir mereka hidup dalam kepura-puraan dan tak pernah berusaha untuk serta bersyukur dengan nikmat yang diberikanNya. Padahal menurutku, seharusnya mereka berusaha bekerja sekeras. Tidak seperti sekarang. Menjadi seorang peminta-minta atau menjadi pengamen.
                Namun  semua, membuatku tersadar ketika suatu hari menjemput anakku.
                “Mah,  ada pengamen.”
                “Ya,”  ucapku pendek, tanpa mau melihat ke arah pengamen yang datang.
                “Mah.”
“Apa?” kataku, mendekatkan telinga ke arahnya.
“Bolehkah aku memberikan uang padanya? Aku punya uang koq.”
Aku menggelengkan kepala.
                “Tapi ia masih kecil. Kasihan. Kenapa ia ngak sekolah?”
                Pertanyaan anakku membuatku terhenyak. Tanganku segera merogoh recehan di kantong. Sayang, ia keburu turun, hingga uang di tanganku tak segera berpindah.
                “Mama sih lama. Jadinya ia keburu turun.” Anakku menangis.  Aku memandang anak kecil-sebaya anakku itu dengan perasaan bersalah.  Ia tertatih di jalanan yang begitu ramai.
                “Tuh kan Ma, kasihan. Papa sama Mamanya ke mana?”
                Tak kujawab. Kulihat terus anak kecil itu sampai  menghilang.
                Anak kecil yang begitu mandiri, di usianya yang begitu kecil ia berani hidup di jalanan sendirian. Terlepas dari ia disuruh atau tidak. Kalau ternyata ia adalah seorang yatim-tidak berayah. Betapa hebatnya ia, mampu mencari uang tanpa memerlukan bantuan dari orang dewasa. Betul-betul seorang yatim yang mandiri.
Ada sesuatu yang mulai hari itu aku rasakan. Kepedulian pada orang lain, namun entah harus bagaimana melakukannya.
*
                Mungkin cerita ini banyak dialami oleh banyak orang. Rasa takut yang berlebih, dan takut memberikan uang kepada orang yang sebenarnya tidak berhak. Menyebabkan banyak orang untuk berfikir harus ke manakah jika ada keinginan beramal, ketika ada rejeki berlebih, dan tepat pada sasaran.
                Adalah Yatim Mandiri yang akan membantu Anda untuk menerima  sebagian harta yang dititipkan untuk kebaikan.  Apakah Yatim Mandiri itu? Merupakan lembaga nirlaba dan nonprofit yang berkhidmat dalam memberdayakan segala potensi anak yatim melalui pengelolan dana sosial masyarakat yang dikenal dengan singkatan ZISWAQ (Zakat, Infaq, Shadaqoh, dan Waqaf), baik institusi maupun perorangan.
                Ada banyak program dalam Yatim Mandiri ini, terbagi ke dalam kelompok sesuai dengan ketepatannya. Program tersebut diantaranya. 
BESTARI ( Beasiswa Yatim Prestasi)
ASA YATIM (Alat Sekolah Anak yatim)
SAHABAT ( Saku Harian Bermanfaat)
GENIUS (Guru Excellent Yatim Sukses)
PLUS (Pendampingan Yatim Lulus Ujian Sekolah)
MBS (Mandiri Boarding School)
YES (Yatim Energik dan Sehat)
BISA (Bunda Yatim Sejahtera)
Dll.
                Yatim Mandiri menjamin dana atau bantuan yang diberikan para donatur tepat sasaran, menepis keraguan dan ketakutan Anda. Ingin menjadi donatur tetap? Ayo bergabunglah di www.yatimmandiri.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar