Kamis, 22 Januari 2015

Rahasia Dania

Cernak. Dimuat di Radar Bojonegoro 19-Januari 2015.




Rahasia Dania
Oleh Nina Rahayu Nadea
                “Apa aku tidak salah lihat?” Sisil mengucek matanya.
                “Itu kan Dania. Yey! cantik banget yah. Ia bener-bener kaya putri raja. Hehe.”Ayumi tak berkedip memandang Dania.
                “Hai, Ayumi. Hai, Sisil.” Dania mendekat.
                “Ngapain kamu kemari. Tak seharusnya kau berada di sini. Lagian gaya amat, pake baju bagus seperti itu. Biar kelihatan anak orang kaya yah? Jangan mimpi, semua orang sudah tau siapa kamu. Baju itu baju dapat minjem kan?” Cibir Sisil dengan ketus. Ia menggaet tangan Ayumi dan segera menjauhi Dania.
                “Kan kamu yang bilang dia anak panti di sini. Ya, pastinya dong ia ada di sini. Ngapain kamu bertanya, kenapa ada di sini?” Bisik Ayumi.
                “Ah, sudahlah. Aku ngak suka banget dengan dandanannya. So orang kaya.”
                “Sudah ah, ayo acaranya mau dimulai. Tuh  Kepala Sekolah kita mau memberi sambutan.”
*
“Tuh kan bener dugaanku, ternyata ia itu anak dari panti asuhan. Pantas saja setiap  ditanya orang tuanya siapa? Ngak pernah jawab. Malah senyam senyum gitu. Ih, kan nyebelin.” Gosip Sisil seperti biasa.
“Memangnya kamu tau dari siapa sih?” Ayumi mulai terpengaruh dengan kata-kata Sisil.
“Sepulang sekolah, aku kemarin membuntutinya. Dan ternyata ia pulang ke rumah panti itu.”
“Kebetulan saja, mungkin.”
“Kebetulan bagaimana? itu sudah 4 hari berturut-turut.“
“Jadi selama itu kau membuntuti anak baru itu?” Ayumi keheranan.
“Awalnya sih tak sengaja.  Tapi aku ingin yakin. Ya, udah aku buntuti dia. Dan taunya. Hem. Benar-benar sesuatu. Anak panti asuhan. Ha...ha. Ngak nyangka kan?”
“Iya aku ngak nyangka. Tapi ah, apa peduli kita. Toh, dia tetap saja teman kita kan?”
“Teman? Kamu mau berteman dengan anak panti. Hi, ogah bingit.” Sisil bergidik. “Pantas saja setiap istirahat ia selalu berteman dengan Ragil, anak penjaga sekolah kita. Emang levelnya seperti orang itu kali. Hihi.”
“Sssst...” Ayumi menyenggol tangan Sisil ketika seseorang muncul dari balik pintu.
“Hai, Dania,” Ayumi melambaikan tangan. Sengaja berkata keras agar Sisil tak terus nyerocos.
“Hai anak panti.” Tetiba Sisil berkata.
                Sementara Dania hanya tersenyum saja menanggapi omongan Sisil. Ia langsung menuju ke arah Keni, teman sebangkunya.
                “Jangan kau anggap yah, omongan Sisil itu.” Keni berkata. “Dia memang seperti itu suka ngegosip. Semua temen-temen sebenarnya tidak suka sama ulahnya. Tapi ya. Begitulah, maklum dia itu anak orang kaya. Jadi ngak ada seorang pun yang bisa memeringatinya. Alih-alih dinasehati, pastinya kita bakalan dimusuhin. Eh, bener apa yang digosipkan Sisil itu?”
                “Gosip yang mana?”
                “Bahwa kamu anak dari panti asuhan.”
                “Sisil bicara seperti itu?”
                “Eh... maaf,  tadi kedengarannya sih ia berkata seperti itu. Dan sekarang pasti seluruh sekolah ini sudah tau tentangmu. Benar apa yang dia katakan?” Kembali Keni bertanya.
                “Memangnya kalau aku anak panti bagaimana? kau tidak mau menjadi temanku?” Dania balik bertanya.
                “Ngak sih. Cuma pengen tau aja. Hehe. Tau tidak semenjak kamu pindah ke sekolah ini, kau sudah kuanggap sahabat sejatiku.” Tawa Keni.
                “Iya... iya aku percaya sama kamu.” Dania tersenyum.
*

Suasana  panti asuhan hari itu sangat meriah. Di aula sudah berderet kursi untuk para tamu. Pun panggung sudah dihiasi dengan aneka balon dan pernak pernik lainya. Yang tak kalah menarik adalah aneka origami hasil karya anak panti ikut memeriahkan aula.
                “Hore... burung buatanku dipasang di tengah itu.” seru anak kecil kegirangan melihat hasil karyanya.
                “Iya. Semua yang dipajang ini kan hasil kalian semua.” Ibu panti ikut berbahagia melihat anak asuhnya bergembira.
                Dania pun larut dalam kegembiraan. Ia begitu bahagia, karena teryata idenya dalam hal membuat origami mendapat antusias yang luar biasa.
                “Biar aku yang pasanginnya, Kak.” Riki membantu Dania memasangkan origami di area panggung. “Kakak duduk saja. Ini kan tugas Riki.”
                “Iya-iya. Kakak duduk.” Dania menurut.
*
                “Terima kasih anak-anak atas kehadirannya. Hari ini Bapak sengaja mengundang kalian. Untuk merayakan hari kelahiran anak Bapak.  Sengaja acara ini diadakan di tempat ini, di panti asuhan Bunda Asih, sebagai rasa syukur kami. Juga supaya anak di sini dapat ikut merasakan kebahagiaan kita semua.” Bapak Kepala Sekola memberi sambutan.
                Satu persatu acara dimulai. Hingga tibalah, acara  puncak.
                “Sekarang saatnya acara tiup lilin. Ayo semuanya bernyanyi.” Seru MC. ”Ayo Nia, sini tiup lilinnya.”
                “Hei, ngapain Dania mendekat ke arah panggung. Memalukan sekali. Dasar anak panti, ngak tau malu. Belum pernah lihat kayaknya yang tiup lilin....” cerocos Sisil. Tapi Sisil langsung diam, ketika Dania mendekat dan meniup lilin.
                “Terima kasih teman-teman telah datang ke pesta ulang tahun saya. Terima kasih khusus untuk teman sekelas  saya yang kebetulan hadir.  Sisil, Keni, Ayumi, dan lain-lain yang tidak bisa saya sebutkan.”
                “Ha.... jadi... jadi...” Sisil tergagap. Ia baru menyadari ternyata Dania adalah anak kepala sekolahnya. 
                “Makasih kedatangannya ya, Sil.”
                “Eu... maafkan tidakanku selama ini ya, Dania. Aku tak tau kalau kau.... “
                “Ngak mengapa. Maukah kau menjadi temanku, Sil?”
                “Tentu saja.”
                “Walaupun aku anak panti?”
                Sisil tertunduk malu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar