Batu
Ajaib
Oleh:
Nina Rahayu Nadea
Hari ini Lilo, Lola dan
Loli seperti biasa bermain di Sungai
Cijoho. Airnya yang jernih dan segar membuat anak-anak tak bosan untuk bermain
di sungai ini. Mereka asyik berenang dan bermain air. Lola
yang asalnya tidak mau berenang, akhirnya bermain juga ketika dengan sengaja
Loli mencipratkan air ke baju Lola hingga menjadi basah.
“Huh, tuh kan menjadi basah,”
Lola merenggut, memerhatikan bajunya yang basah.
“Haha. Ayo sudah berenang saja
dengan bajumu.” Loli yang sudah menceburkan diri di air tertawa melihat Lola.
“Ngak ah, kemarin Ibu marah
karena bajuku menjadi basah.”
“Tak akan marah sekarang. Ibu
tak akan tahu kita berenang. Lihatlah mentari sedang bersinar terang dan
pastinya baju kita akan cepat kering.”
Dan kini mereka bertiga berada
dalam sungai. Mereka lupa akan pesan Ibu agar tidak berenang. Pun Lola yang
asalnya tidak mau berenang, kini malah lebih heboh. Sesekali
tenggelam, mengambil beberapa batu dan menyimpannya di bibir sungai.
Begitu terus berulang hingga batu itu berjejer.
“Kita lomba nyari batu
sebanyak-banyaknya, yu.” Usul Lilo tiba-tiba.
“Ah, ketinggalan. Lihat tuh batu
yang kucari sudah banyak.”
“Iya, ayo. Kita cari batu lebih
banyak, untuk akuarium di rumah.” Loli menimpali.
Kini ketiganya sibuk mencari
batu-batu. Tidak hanya masuk ke sungai mereka pun mencarinya di daratan.
“Hey lihat. Sini aku melihat
batu ajaib.” Seru Lola dari seberang sungai. Ia sengaja berpisah dari temannya
agar mendapat batu yang banyak.
“Batu ajaib?”
“Iya. Sini.” Lola melambaikan
tangan ke arah teman-temannya. “Lihat batu ini membesar.”
“Membesar? Darimana kau tahu.
Buktinya tetap saja.”
“Kemarin waktu kita main ke
sini. Aku melihatnya dan tingginya tidak melebihi dari pohon kecil ini.
Sekarang malah meninggi dan lebar. Aneh
sekali?”
“Ah, kamu salah lihat kali.”
Tanya Lilo. Matanya tak lepas memandang batu.
“Semoga demikian. Untuk membuktikannya
kita lihat saja besok. Bagaimana?” Usul Lola.
“OK.”
*
Keesokan harinya mereka sudah
berkumpul di tepi sungai mengamati batu ajaib tersebut.
“Iya, benar koq batunya membesar
yah?” Ucap Loli tak berkedip.
“Jangan-jangan benar kata Ado, sungai ini ada penunggunya yang terletak
di batu ajaib.”
“Iyy. Aku jadi takut.” Ketiga
anak itu pun segera berlari ke rumah. Segera malaporkan penemuannya.
“Ada batu ajaib?” Ibu Lola
mengernyitkan kening. Benarkah? “Ah, Ibu
tidak percaya.”
“Jangan percaya hantu, “ ucap Pak Guru ketika mendapat laporan dari anak-anak.
“Kalau Bapak tak percaya, mendingan sekarang kita ke sungai, Pak!”
Karena penasaran Pak Guru segera
datang ke sungai. Dan ternyata di tepi sungai telah banyak kerumunan orang.
Berita tentang batu ajaib menyebar dengan cepat.
“Ini yang kalian sebut batu
yah?” Pak guru menunjuk batu ajaib.
“Iya, Pak. Kemarin ukurannya
kecil dan sekarang membesar.”
“Ini bukan batu tetapi jamur?”
“Jamur?”
“Iya. Ngak percaya? Kita angkat
batunya yah.” Dengan seksama Pak Guru mencongkel dan membawa batu itu. “Benar
kan? Lihat di bawahnya ada batang.”
“Oh pantasan membesar. Jamur apa
ini Pak? Bentuknya bagus sekali, bulat dan coklat kehitaman menyerupai batu.”
“Ini namanya Jamur shiitake
atau dikenal juga dengan sebutan chinese
black mushroom, karena memang warnanya yang hitam.”
“Haha. Ternyata batu ajaib itu
tidak ada di sungai. Ayo berenang lagi!” Anak-anak mulai menceburkan diri di
sungai. Sungai pun kembali ramai. ***
Dimuat di Majalah Bobo bulan Mei 2015, alhamdulillah :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar