Jumat, 28 Agustus 2015

Batu Ajaib



Batu Ajaib
Oleh: Nina Rahayu Nadea
               
                Hari ini Lilo, Lola dan Loli  seperti biasa bermain di Sungai Cijoho. Airnya yang jernih dan segar membuat anak-anak tak bosan untuk bermain di sungai ini.   Mereka asyik berenang dan bermain air. Lola yang asalnya tidak mau berenang, akhirnya bermain juga ketika dengan sengaja Loli mencipratkan air ke baju Lola hingga menjadi basah.
                “Huh, tuh kan menjadi basah,” Lola merenggut, memerhatikan bajunya yang basah.
                “Haha. Ayo sudah berenang saja dengan bajumu.” Loli yang sudah menceburkan diri di air tertawa melihat Lola.
                “Ngak ah, kemarin Ibu marah karena bajuku menjadi basah.”
                “Tak akan marah sekarang. Ibu tak akan tahu kita berenang. Lihatlah mentari sedang bersinar terang dan pastinya baju kita akan cepat kering.”
                Dan kini mereka bertiga berada dalam sungai. Mereka lupa akan pesan Ibu agar tidak berenang. Pun Lola yang asalnya tidak mau berenang, kini malah lebih heboh.  Sesekali  tenggelam, mengambil beberapa batu dan menyimpannya di bibir sungai. Begitu terus berulang hingga batu itu berjejer.
                “Kita lomba nyari batu sebanyak-banyaknya, yu.” Usul Lilo tiba-tiba.
                “Ah, ketinggalan. Lihat tuh batu yang kucari sudah banyak.”
                “Iya, ayo. Kita cari batu lebih banyak, untuk akuarium di rumah.” Loli menimpali.
                Kini ketiganya sibuk mencari batu-batu. Tidak hanya masuk ke sungai mereka pun mencarinya di daratan.
                “Hey lihat. Sini aku melihat batu ajaib.” Seru Lola dari seberang sungai. Ia sengaja berpisah dari temannya agar mendapat batu yang banyak.
                “Batu ajaib?”
                “Iya. Sini.” Lola melambaikan tangan ke arah teman-temannya. “Lihat batu ini membesar.”
                “Membesar? Darimana kau tahu. Buktinya tetap saja.”
                “Kemarin waktu kita main ke sini. Aku melihatnya dan tingginya tidak melebihi dari pohon kecil ini. Sekarang  malah meninggi dan lebar. Aneh sekali?”
                “Ah, kamu salah lihat kali.” Tanya Lilo. Matanya tak lepas memandang batu.
                “Semoga demikian. Untuk membuktikannya kita lihat saja besok. Bagaimana?” Usul Lola.
                “OK.”
*
                Keesokan harinya mereka sudah berkumpul di tepi sungai mengamati batu ajaib tersebut.
                “Iya, benar koq batunya membesar yah?”  Ucap Loli tak berkedip.
                “Jangan-jangan benar kata  Ado, sungai ini ada penunggunya yang terletak di batu ajaib.”
                “Iyy. Aku jadi takut.” Ketiga anak itu pun segera berlari ke rumah. Segera malaporkan penemuannya.
                “Ada batu ajaib?” Ibu Lola mengernyitkan kening.  Benarkah? “Ah, Ibu tidak percaya.” 
“Jangan percaya hantu, “ ucap Pak Guru ketika  mendapat laporan dari anak-anak.
“Kalau Bapak tak percaya, mendingan sekarang kita ke sungai, Pak!”
                Karena penasaran Pak Guru segera datang ke sungai. Dan ternyata di tepi sungai telah banyak kerumunan orang. Berita tentang batu ajaib menyebar dengan cepat.
                “Ini yang kalian sebut batu yah?” Pak guru menunjuk batu ajaib.
                “Iya, Pak. Kemarin ukurannya kecil dan  sekarang membesar.”
                “Ini bukan batu tetapi jamur?”
                “Jamur?”
                “Iya. Ngak percaya? Kita angkat batunya yah.” Dengan seksama Pak Guru mencongkel dan membawa batu itu. “Benar kan? Lihat di bawahnya ada batang.”
                “Oh pantasan membesar. Jamur apa ini Pak? Bentuknya bagus sekali, bulat dan coklat kehitaman menyerupai batu.”
                “Ini namanya Jamur shiitake  atau dikenal juga dengan sebutan chinese black mushroom, karena memang warnanya yang hitam.”
                “Haha. Ternyata batu ajaib itu tidak ada di sungai. Ayo berenang lagi!” Anak-anak mulai menceburkan diri di sungai. Sungai pun kembali ramai. ***

Dimuat di Majalah Bobo bulan Mei 2015, alhamdulillah :)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar