Peri
Bersayap Madu
Oleh:
Nina Rahayu Nadea
Hujan dari pagi terus mengguyur. Peri Alvar dan Peri Elya keduanya
terjebak dalam hujan besar. Mereka berdua berteduh di sebuah pohon yang lebat.
Ketika sedang berleha di atas pohon, dilihatnya seekor lebah sedang kesusahan,
mengais sisa makanan diantara serbuk sari bunga-bunga yang ada.
Merasa kasihan Peri Alvar
beranjak dari duduknya.
“Mau ke mana Alvar?” Peri Elya
menarik tangan Peri Alvar.
“Lihat itu.” Peri Alvar menunjuk
ke arah lebah.
“Aku tau itu lebah, lantas?”
“Aku mau menolongnya.”
“Gila! Hujan deras begini?”
“Kamu tidak lihat, lebah itu kepayahan.
Dia mengambil makanan.”
“Kamu mau mengorbankan diri.
Sayapmu kehujanan dan nanti malah rusak, tidak bisa terbang lagi.”
Sesaat Peri Alvar terdiam. Tapi sesaat kemudian ia bangkit. Hatinya tak kuasa
menyaksikan lebah yang kelelahan, berjuang sendiri.
“Aku akan menolongnya. Sayapku nanti
kan bisa tumbuh lagi.”
“Iya. Tapi kan lama. Belum tentu
tumbuhnya sebagus ini. Lagian ngapain kamu menolong lebah itu?”
“Sudahlah. Aku kasihan sama
lebah itu.” Tanpa mengindahkan perkataan Peri Elya. Peri Alvar terbang mendekat
ke arah lebah.
“Kenapa kau tidak berteduh
dahulu lebah?” suara Peri Alvar bergetar, menahan dingin.
“Anakku sakit, membutuhkan
banyak makanan. Dan ini keberuntunganku. Kalau hujan reda, aku tidak bisa
mengambil makanan banyak karena akan bersaing dengan banyak lebah juga burung yang selalu menghalangiku. Aku ingin
anakku cepat sembuh.” Jawab lebah sendu.
“Ayo aku bantu mengambil sari bunganya, biar cepat selesai.” Ucapnya tulus.
“Kenapa kau membantuku?”
“Bukankah kita harus saling tolong menolong?”
“Alvar. Awas yah kalau nanti
kamu tidak bisa terbang. Jangan salahkan aku.” Peri Elya berteriak dari atas
pohon.
“Sudahlah, nanti sayapmu rusak,
ingat kata saudaramu.” Lebah berkata kembali.
“Sudahlah, jangan kau pikirkan
itu. Yang penting aku bahagia bisa membantumu.” Peri Alvar tersenyum.
Dengan semangatnya Peri Alvar
dan lebah bekerja. Dan ketika sari bunga
dirasanya sudah cukup. Mereka pun berhenti bekerja.
“Kiranya persediaan ini cukup
banyak. Makasih peri sudah mau membantuku.”
“Sama-sama. Ayo kuantar kau ke
rumahmu.”
“Tapi?”
“Tidak mengapa. Lihat bawaanmu
banyak sekali. Ayo kuantar sekalian.”
“Baiklah kalau kau bersedia. Kau
memang peri yang sangat baik.” Lebah pun tersenyum bahagia.
“Ayo kubawa sebagian barang
bawaanmu.” Tanpa menunggu jawaban lebah, Peri Alvar membawa sebagian sari bunga. Dengan hati-hati ia
menyelimuti sari bunga agar tidak terkena air hujan. Tak peduli sayapnya yang indah
menjadi basah karena hujan. Yang penting baginya makanan itu bisa sampai ke
rumah lebah.
“Terima kasih kau sudah
menolongku peri yang baik. Nah sebagai imbalannya bawalah maduku ini. Kalau kau
mengalami kesusahan oleskanlah madu ini.” Lebah berkata.
Sesampainya di kerajaan. Peri Alvar tak menyangka bahwa ia akan
mendapatkan hukuman dari ratu peri. Peri Elya telah berbohong bahwa ia sengaja
bermain-main di derasnya hujan, sehingga membuat sayapnya rusak.
Karena kesalahannya itu Peri Alvar mendapatkan hukum. Dikurung di dalam
kamar, sampai waktu tak terbatas. Sampai sayapnya kembali tumbuh sedia kala.
Betapa sedih hati Peri Alvar, karena dengan begitu ia tidak bisa keluar.
Teringat akan pesan lebah. Ia
mengusapkan madunya ke arah sayap. Ajaib. Sayapnya kembali muncul dengan
indahnya. Lebih indah dari sebelumnya. Dan Ratu Peri keheranan melihatnya. Peri Alvar menceritakan kejadian sebenarnya.
Bahkan Peri Alvar mengobati sakit Raja Peri yang sudah beberapa hari terbaring.
Dengan ramuan madu, kesehatan Raja Peri berangsur baik. Seluruh kerajaan
menyambut baik atas kesehatan Raja Peri.
Semenjak itu Peri Alvar mendapat
julukan ‘Peri bersayap madu’.
Atas kesalahannya, Peri Elya
mendapat hukuman, memberi makanan pada ikan-ikan di laut untuk waktu yang
lama.***
Nina
Rahayu Nadea. Menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Tulisannya
dimuat di: Pikiran Rakyat, Galamedia,
Kabar Priangan, Majalah Kartini, Analisa Medan, Radar Bojonegoro, Majalah
Potret Banda Aceh, Majalah Baca Banda Aceh, Suara Karya, Suara Daerah, Majalah
Kandaga, Majalah Mangle, SundaMidang, Galura, Tabloid Ganesha, Tribun Jabar,
Majalah HAI, dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar