Selasa, 16 Juni 2020

Mengenalkan Al-Quran dengan Komik

Resensi buku


Dimuat di daring FTBM Jabar, Maret 2020



 http://pamatriliterasi.com/2020/03/12/mengenalkan-al-quran-dengan-komik/

Resensi Buku
Judul               : Komik Aku Cinta Al-Qur’an
Penulis             : Lina Herlina
Ilustrasi           : Fajar Istiqlal
Penerbit           : Gema Insani     
Cetakan           : 2020
Tebal               : 72 hlm
ISBN               : 978-602-250-685-0


Mengenalkan Al-Quran dengan Komik
Oleh Nina Rahayu Nadea
Komik Aku Cinta Al-Quran yang ditulis oleh Lina Herlina ini kiranya sangat cocok untuk diberikan kepada anak-anak. Buku yang sangat menarik karena dipenuhi dengan gambar dan ilmu Al-Quran. Disajikan dalam bentuk komik kiranya akan membuat putra putri bersemangat dalam membaca.
            Dikemas dalam bentuk komik namun tidak menomorduakan keutamaan isi cerita. Komik adalah gambar bercerita yang sifatnya mudah dicerna. Sebagai salah satu media  dengan ilustrasi gambar yang diharap agar amanat yang terkandung di dalamnya dapat mudah disampaikan kepada pembaca.
            Buku ini diawali dengan pengenalan karakter. Ada Ismail, Asih, Aisyah, Rizal, Shafa, Ibu Asih dan Ismail. Ismail adalah adik Asih, usianya sembilan tahun, berambut pendek, sangat sayang kepada orang tua. Asih, adalah kakak Ismail, usianya sepuluh tahun. Badannya tinggi, periang dan bersemangat. Aisyah teman Asih. Usianya Sepuluh tahun bersifat penyayang. Rizal teman Ismail, berambut kribo sangat suka dengan tantangan. Shafa teman baru Asih  dan Aisyah yang senantiasa bersemangat dalam belajar Al-Qur’an. Ibu Asih dan Ismail sangat menyayangi Asih dan Ismail. Selalu lembut  dalam berkata.
            Banyak pesan moral yang dapat dengan mudah diserap pembaca khususnya anak-anak karena disampaikan dengan bahasa anak yang  mudah dimengerti. Hal. 12 diceritakan tetangga baru Asih, Shafa suatu hari ikut mengaji. Shafa sedang membaca Surah Al-Baqarah. Anak yang lain ada yang menertawakan.
“Sudah kelas 5, baca Al-Qur’annya belum lancar, ya...” ditimpali oleh yang lain dengan nada yang sama.
Namun kemudian di hal 14  diceritakan bagaimana Asih dan Aisyah merayu Shafa agar terus belajar.
“Kamu engak usah takut diejek, kita, kan belajar karena Allah.”
            “Hihihi.... Asih sudah seperti ustadzah.”
            Semua mengalir. Seperti halnya keseharian anak-anak yang penuh dengan canda. Namun intinya bahwa dalam belajar dan menuntut ilmu tidak boleh malu. Rayuan Asih dan Aisyah membuat Shafa pada akhirnya mau mengaji kembali.
Dengan membaca buku ini dapat mengetahui empat cara membaca Al-Qur’an: 1)  Tartil yaitu membaca Al-quran dengan lambat setiap huruf benar-benar diperhatikan tajwid dan makhrajnya. 2) Tahqiq yaitu membaca Al-Qur’an dengan sangat lambat dan dengan nada datar. 3) Hadr yaitu membaca Al-Qur’an dengan cepat.  4) Tadwir yaitu pertengahan antara tahqiq dan hadr.
Terdiri dari 20 cerita tentang Al-Quran yang tentunya sangat asyik untuk dibaca. Dijamin anak-anak tidak akan bosan karena menikmati  komik dan sambil belajar Al-Qur’an. Di setiap akhir cerita diselipkan pengetahuan dengan nama boleh tahu dan kisah sahabat. Beberapa pengetahuan yang ada dalam rubrik boleh tahu diantaranya: Empat cara membaca Al-Qur’an, Semangat belajar Al-Quran sejak kecil, Malaikat menyimak bacaan Al-Qur’an,  Surah dalam Al-Quran, Kemudahan membaca Al-Qur’an.  Sementara pengetahuan yang ada dalam rubrik kisah sahabat adalah  Malaikat menyimak bacaan Al-Quran dan Kekasih Alloh.
Cerita anak-anak yang takut dengan hantu tak lupa diceritakan dalam buku ini. Meski diingatkan agar tidak takut dengan mahluk gaib (hal. 22). Mahkluk gaib tidak akan suka dengan bacaan Al-Quran. Pesan moral yang bagus karena dengan begitu anak-anak akan gemar membaca Al-Qur’an.
            Cerita lain yang menyiratkan cerita anak-anak masa kini. Bagaimana Asih dan Ismail anteng menonton televisi, Rio yang membuang sampah sembarangan, Asih yang  menginginkan baju baru ketika pergi mengaji,  Asih yang mengaji ditemani dengan HP. Namun itu semua tak luput dengan pesan dan petuah pada anak-anak agar mau melakukan yang seharusnya.
            Tokoh dalam cerita ini juga digambarkan dengan ekspresi yang tidak monoton. Seperti pada tokoh Asih. Di hal. 9  panel 6 digambarkan mulut Asih yang melongo dengan kepala dipenuhi dengan gelembung kecil pertanda ketegangan yang dirasa. Hal. 33 Panel 5 lidah Asih yang menjulur dengan pipi yang menggelembung sedang mengejek adiknya. Hal 38  panel 4 gambar Asih dengan mata yang nyaris loncat dan lidah menjulur tanda kekesalan ketika temannya membuang sampah sembarangan. Gambar-gambar yang seru.
Meski ada beberapa gambar yang dirasa kurang pas untuk diperlihatkan kepada anak-anak.  Gambar seorang lelaki bernama Ibrahim melakukan sila tutug (duduk dengan sebelah kaki bersila, sebelah lagi alas kaki menempel di lantai) sambil memegang Al-Qur’an. Terlihat di hal 35 panel 6 dan  hal 36 panel 1 dan 3. Ibrahim dalam gambar tersebut diceritakan sudah khatam Al-Qur’an. Lantas terjadi percakapan antara Ibrahim dan Ismail, sayang dalam gambar tersebut Ibrahim ngobrol dengan Ismail sambil memegang Al-Qur’an dengan posisi kaki sila tutug. Alangkah lebih baiknya jika Al-Qur’an disimpan dahulu sebelum melakukan obrolan.
             Al-Qur’an merupakan kitab suci yang mulia, seharusnya dipelihara serta dimuliakan.  Salah satunya dengan menyimpan Al-Quran di tempat yang tinggi dan disimpan ketika tidak sedang dibaca.***            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar