Resensi buku |
Dimuat di daring FTBM Jabar, Maret 2020 |
http://pamatriliterasi.com/2020/03/12/mengenalkan-al-quran-dengan-komik/
Resensi
Buku
Judul : Komik Aku
Cinta Al-Qur’an
Penulis
: Lina Herlina
Ilustrasi : Fajar Istiqlal
Penerbit : Gema
Insani
Cetakan : 2020
Tebal
: 72 hlm
ISBN
: 978-602-250-685-0
Mengenalkan Al-Quran dengan Komik
Oleh Nina Rahayu Nadea
Komik
Aku Cinta Al-Quran yang ditulis oleh Lina Herlina ini kiranya sangat cocok
untuk diberikan kepada anak-anak. Buku yang sangat menarik karena dipenuhi
dengan gambar dan ilmu Al-Quran. Disajikan dalam bentuk komik kiranya akan
membuat putra putri bersemangat dalam membaca.
Dikemas dalam bentuk komik namun
tidak menomorduakan keutamaan isi cerita. Komik adalah gambar bercerita yang sifatnya
mudah dicerna. Sebagai salah satu media
dengan ilustrasi gambar yang diharap agar amanat yang terkandung di
dalamnya dapat mudah disampaikan kepada pembaca.
Buku ini diawali dengan pengenalan
karakter. Ada Ismail, Asih, Aisyah, Rizal, Shafa, Ibu Asih dan Ismail. Ismail
adalah adik Asih, usianya sembilan tahun, berambut pendek, sangat sayang kepada
orang tua. Asih, adalah kakak Ismail, usianya sepuluh tahun. Badannya tinggi,
periang dan bersemangat. Aisyah teman Asih. Usianya Sepuluh tahun bersifat
penyayang. Rizal teman Ismail, berambut kribo sangat suka dengan tantangan.
Shafa teman baru Asih dan Aisyah yang
senantiasa bersemangat dalam belajar Al-Qur’an. Ibu Asih dan Ismail sangat
menyayangi Asih dan Ismail. Selalu lembut
dalam berkata.
Banyak pesan moral yang dapat dengan
mudah diserap pembaca khususnya anak-anak karena disampaikan dengan bahasa anak
yang mudah dimengerti. Hal. 12
diceritakan tetangga baru Asih, Shafa suatu hari ikut mengaji. Shafa sedang
membaca Surah Al-Baqarah. Anak yang lain ada yang menertawakan.
“Sudah
kelas 5, baca Al-Qur’annya belum lancar, ya...” ditimpali oleh yang lain dengan
nada yang sama.
Namun
kemudian di hal 14 diceritakan bagaimana
Asih dan Aisyah merayu Shafa agar terus belajar.
“Kamu
engak usah takut diejek, kita, kan belajar karena Allah.”
“Hihihi.... Asih sudah seperti
ustadzah.”
Semua mengalir. Seperti halnya
keseharian anak-anak yang penuh dengan canda. Namun intinya bahwa dalam belajar
dan menuntut ilmu tidak boleh malu. Rayuan Asih dan Aisyah membuat Shafa pada
akhirnya mau mengaji kembali.
Dengan
membaca buku ini dapat mengetahui empat cara membaca Al-Qur’an: 1) Tartil yaitu membaca Al-quran dengan lambat
setiap huruf benar-benar diperhatikan tajwid dan makhrajnya. 2) Tahqiq yaitu
membaca Al-Qur’an dengan sangat lambat dan dengan nada datar. 3) Hadr yaitu membaca
Al-Qur’an dengan cepat. 4) Tadwir yaitu
pertengahan antara tahqiq dan hadr.
Terdiri
dari 20 cerita tentang Al-Quran yang tentunya sangat asyik untuk dibaca.
Dijamin anak-anak tidak akan bosan karena menikmati komik dan sambil belajar Al-Qur’an. Di setiap
akhir cerita diselipkan pengetahuan dengan nama boleh tahu dan kisah sahabat. Beberapa
pengetahuan yang ada dalam rubrik boleh tahu diantaranya: Empat cara membaca Al-Qur’an,
Semangat belajar Al-Quran sejak kecil, Malaikat menyimak bacaan Al-Qur’an, Surah dalam Al-Quran, Kemudahan membaca Al-Qur’an. Sementara pengetahuan yang ada dalam rubrik kisah
sahabat adalah Malaikat menyimak bacaan
Al-Quran dan Kekasih Alloh.
Cerita
anak-anak yang takut dengan hantu tak lupa diceritakan dalam buku ini. Meski
diingatkan agar tidak takut dengan mahluk gaib (hal. 22). Mahkluk gaib tidak
akan suka dengan bacaan Al-Quran. Pesan moral yang bagus karena dengan begitu
anak-anak akan gemar membaca Al-Qur’an.
Cerita lain yang menyiratkan cerita
anak-anak masa kini. Bagaimana Asih dan Ismail anteng menonton televisi, Rio yang
membuang sampah sembarangan, Asih yang menginginkan baju baru ketika pergi mengaji, Asih yang mengaji ditemani dengan HP. Namun
itu semua tak luput dengan pesan dan petuah pada anak-anak agar mau melakukan
yang seharusnya.
Tokoh dalam cerita ini juga
digambarkan dengan ekspresi yang tidak monoton. Seperti pada tokoh Asih. Di
hal. 9 panel 6 digambarkan mulut Asih
yang melongo dengan kepala dipenuhi dengan gelembung kecil pertanda ketegangan yang
dirasa. Hal. 33 Panel 5 lidah Asih yang menjulur dengan pipi yang menggelembung
sedang mengejek adiknya. Hal 38 panel 4
gambar Asih dengan mata yang nyaris loncat dan lidah menjulur tanda kekesalan
ketika temannya membuang sampah sembarangan. Gambar-gambar yang seru.
Meski
ada beberapa gambar yang dirasa kurang pas untuk diperlihatkan kepada anak-anak.
Gambar seorang lelaki bernama Ibrahim
melakukan sila tutug (duduk dengan sebelah
kaki bersila, sebelah lagi alas kaki menempel di lantai) sambil memegang Al-Qur’an.
Terlihat di hal 35 panel 6 dan hal 36
panel 1 dan 3. Ibrahim dalam gambar tersebut diceritakan sudah khatam Al-Qur’an.
Lantas terjadi percakapan antara Ibrahim dan Ismail, sayang dalam gambar
tersebut Ibrahim ngobrol dengan Ismail sambil memegang Al-Qur’an dengan posisi
kaki sila tutug. Alangkah lebih
baiknya jika Al-Qur’an disimpan dahulu sebelum melakukan obrolan.
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang mulia,
seharusnya dipelihara serta dimuliakan.
Salah satunya dengan menyimpan Al-Quran di tempat yang tinggi dan
disimpan ketika tidak sedang dibaca.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar