Dimuat di Majalah Geliat Gemilang 2020 |
Workshop
Rencana Induk Pengembangan Sekolah (RIPS) sebagai Ajang Silaturahmi
Oleh:
Nina Rahayu Nadea
Beberapa
waktu lalu tepatnya 9-10 Desember 2019 di Grand Aquarium Hotel Pangandaran diselenggarakan Workshop Rencana Induk Pengembangan
Sekolah (RIPS) melalui Pengelolaan Database Sekolah pada Kegiatan
Pembangunan Rehabilitasi dan Pengadaan
Sarana Prasarana SMP Bidang PP SMP Dinas Pendidikan Kota Bandung. Acara yang digagas
oleh bidang PP SMP Disdik Kota Bandung ini dihadiri oleh peserta kurang lebih
100 orang, terdiri dari unsur Operator Dapodik,
Operator Simda BMD dan Tim Sakoja.
Hadir
dalam kegiatan tersebut adalah Kepala Bidang PP SMP Hadiana Soeriaatmadja, Kepala
Seksi Kurikulum Bambang Ariyanto, Kepala Seksi Kelembagaan dan Peserta Didik
Dedi Kusnadi serta staf di lingkungan PP SMP Disdik Bandung.
Dedi
dalam laporannya menyebutkan bahwa
kegiatan ini bukan hanya sekedar ceremonial namun lebih ke arah terjalinnya
komunikasi dan koordinasi dengan para operator sekolah
“Operator
Dapodik dan SIMDA adalah pejuang yang tangguh yang menjadi ujung tombak IT di
sekolah, maka kegiatan ini hendaknya dijadikan sarana untuk lebih mempererat
silaturahmi,” tutur Dedi.
Latar
belakang kegiatan ini adalah: Rencana Induk Pengembangan Sekolah melalui Database
sekolah semakin pesat sementara perkembangan pendidikan sebagian besar sekolah
yang ada di Kota Bandung belum berkesesuaian dengan Permendiknas No. 24 tahun 2007 tentang Sarana Prasarana. Maka
perlu ada rencana secara menyeluruh bukan hanya dari bidang Sarana Prasarana saja
namun delapan standar pendidikan lainnya.
“Prinsipnya adalah menyamakan persepsi persamaan Rencana Induk
Pengembangan Sekolah (RIPS),” pungkas Dedi.
Dasar
Hukum: 1) Undang-undang Dasar Negara tahun 1945, 2) Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, 3) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 24
tahun 2007 tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) dan
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), 4) Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 33 tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana
untuk Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB),
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa (SMALB), 5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
40 tahun 2008 tentang Standar Sarana
Prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
Tujuan
kegiatan ini adalah: 1) untuk .merencanakan kebutuhan dan sekolah dalam Proses
Belajar Mengajar, 2) Melaksanakan manajemen inventarisasi sarana prasarana, 3) Melakukan
up date sarana prasarana (penghapusan
dan lain-lain), 4) Melaksanakan program Sarana prasarana, 5) Melaksanakan
perbaikan dan rehab, 6) Melaksanakan program pemeliharaan yang sudah ada, 7) Pemanfaatan
sarana prasarana
Narasumber
kegiatan ini adalah: Suratman memberikan
materi Rencana Induk Pengembangan Sekolah (RIPS), Suhandi memberikan materi Input Data dan Analisis
Tingkat Kerusakan Bangunan.
Berkenan
membuka acara dalam kegiatan ini adalah Kepala Bidang PP SMP Hadiana
Soeriaatmadja. Dalam kesempatan tersebut Hadiana mengatakan bahwa hendaknya apa
yang dilakukan para operator di bidang IT dapat diimplementasikan pada peserta
didik, sehingga ilmunya akan mengalir kepada semua.
Hadiana
juga turut berbangga atas Anugerah Kihajar kategori Madya yang baru-baru ini
diraih Kota Bandung. Anugerah Kihajar merupakan penghargaan dari Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan bagi Pemerintah Daerah yang dinilai berhasil
menerapkan Tekhnologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Sistem Pendidikan.
“Dan
semua berkat dukungan kita, salah satunya adalah para operator yang hadir di
sini. Operator yang unggul yang
memberikan suasana berbeda. Ketika tim sakoja ditampilkan dan mengelola
aplikasi sakoja maka timbullah sebuah pengembangan Sakoja dari tim IT yang
hebat yang dapat merangsang pendidikan. Terima kasih pada tim sakoja dan tim IT lain,”tutur Hadiana.
Hadiana
juga berpesan agar para operator dapat bekerja secara propesional, menjadi
operator yang jujur, mengisi data sesuai dengan sebenarnya. Jangan pernah
merasa ingin dilihat lebih maju namun kenyataannya tidak sesuai.
Ketidakselarasan sarana prasarana dengan
Dapodik harus segera dibenahi. Dan kegiatan ini sebagai sharing ilmu dengan sesama rekan
bagaimana mewujudkan kebersamaan.
“Sebagai
Ajang silaturahmi yang dapat memberikan warna dalam pengembangan IT. Itu sesuatu
yang menjadi harapan kami,” pungkas Hadiana.
Handi
Suhandi sebagai narasumber menyebutkan tentang tingkat kerusakan bangunan
dikelompokan menjadi beberapa: tingkat kerusakan 0 s.d 30% disebut kategori
rusak ringan, kerusakan 30-45%: rusak sedang, tingkat kerusakan 45%-65% disebut
kategori rusak berat, tingkat kerusakan lebih dari 65% disebut rusak total.
Rusak
ringan contohnya: diding retak halus, kerusakan tidak tembus, plesteran terkelupas, plafon dan lipstplang rusak, tak
ada kerusakan struktural. Tindakan yang dianjurkan untuk kerusakan seperti ini:
bangunan tidak perlu dikosongkan, hanya perlu perbaikan kosmetik secara
arsitektural agar daya tahan bangunan tetap terpelihara.
Rusak
sedang contohnya: kerusakan yang terjadi: dinding partisi retak tembus atau
roboh sebagian, bagian struktural (kolom, balok, kuda-kuda) mengalami kerusakan tetapi masih
dapat diperbaiki, dinding struktural (bangunan tanpa kolom dan balok) mengalami
kerusakan yang masih dapat diperbaiki. Tindakan yang dianjurkan untuk kerusakan
ini adalah: bangunan perlu dikosongkan dan boleh dihuni kembali setelah
dilakukan perbaikan dan perkuatan untuk dapat menahan beban gempa.
Rusak
berat contohnya: dinding retak tembus dan mengalami perubahana bentuk atau miring,
bagian struktural (kolom, balok, kuda-kuda)
mengalami kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki, dinding struktural (bangunan tanpa kolom dan balok) mengalami
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, pondasi amnlas/retak bergeser, bangunan roboh total. Tindakan yang dianjurkan
untuk kerusakan ini adalah: bangunan harus dikosongkan atau dirobohkan
Untuk
menjalin tali kekerabatan dan silaturhami antara pegawai Disdik dengan para
operator adalah dilaksanakan kegiatan full body rafting- menyusuri Sungai
Citumang sepuasnya dengan didampingi para pemandu. Sebagai bentuk olahraga yang mendekatkan diri dengan alam,
prinsipnya seperti arung jeram namun tidak menggunakan rakit maupun dayung. Body
rafting merupakan aktivitas wisata telusur sungai degan menggunakan peralatan
lengkap mulai dari helm, decker dan life jacket. (Niradea-Disdik Bandung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar