Nilai
Ulanganku
Karya: Rianita Wulandari Arief Nadea
“Riaaaaa,”
suara Firda dari luar rumah.
“Ya.
Ayo masuk, Firda,” kataku membuka pintu.
Hari
ini Firda datang ke rumahku dengan maksud mau menghapal bersama. Firda adalah
sahabat sejatiku. Sekaligus teman bermainku di sekolah. Nama lengkapnya Firda
Fitria. Tapi aku memanggilnya Firda saja.
“Firda,
ini adikku bernama Rega.”
“Oh,
gitu, adikmu lucu sekali.”
“Apakah
kamu punya adik?”
“Punya.”
“Siapa
namanya?”
“Firna.
Kelas 1 SD.”
“Oh,
kalau adikku masih Play Group. Ya sudah ayo kita belajar untuk besok Firda.”
“Ayooo!”
Lalu
aku dan Firda belajar karena besok ulangan bahasa Indonesia. Lalu aku bertanya
pada Firda.
“Firda,
kamu tau ulangannya bab berapa? Aku lupa lagi.”
“Bab
4 dan bab 5.”
Beberapa
jam kemudian, Bundaku pulang dari tempat kerja.
“Assalamu
‘alaikum.”
“Wa ‘alaikumus salam, eh Bunda sudah pulang.”
“Ini
sandal siapa Kak? Koq Bunda ngak mengenalnya?”
“Itu
punya temanku.”
“Oh....Siapa
namanya, tumben ada teman kakak?”
“Firda.
Kami mau ngapalin, Bun. Soalnya besok
ulangan bahasa Indonesia.”
“Ya
sudah, ayo Kakak belajar lagi.”
Aku
masuk kembali ke kamarku. Beberapa menit kemudian. Tok...tok...tok...suara
pintu kamar diketuk.
“Kak,
buka pintunya.”
“Iya,
Bun tunggu,” Aku membuka pintu kamar.
“Nih
minumannya. Minum dulu yah Kak, Firda. Pasti kalian kehausan.”
“Terima
kasih Bunda.”
“Terima
kasih Tante”
“Sama-sama.”
Setelah
kami menghapal. Lalu Firda pamitan pulang.
“Ria,
aku mau pulang dulu yah!”
“Iya.
dah Firda.”
“Dah
juga.”
Keesokan
harinya. Setiba di sekolah hatiku tidak tenang. Aku takut nilai ulanganku
kurang dari KKM. Aku takut kena hukum Pak Guru. Dan yang aku takutkan lagi, Bunda
marah padaku. Ih ngeriiiii deh, kalau Bunda sudah marah. Bisa-bisa sesisi rumah
menutup telinga karena berisik mendengar teriakan Bunda yang memarahiku. Maka
ketika ulangan, aku tak henti-hentinya berdoa pada Tuhan agar nilaiku bagus.
Syukurlah soalnya dapat kuselesaikan, walau ada beberapa yang sulit.
Keesokan
harinya...
Deg....Deg....Deg.
Jantungku bersuara keras, ketika bapak guru masuk dan membawa hasil ulangan.
Lalu bapak guru memanggil nama-nama. Aku menunggunya dengan tidak tenang. Hingga tibalah giliranku dipanggil. Dengan
pelan aku menghadapi bapak guru, menerima kertas dengan mata merem. Ketika duduk,
pelan-pelan aku membuka kertas ulangan. Ternyata nilainya 90. Aku bersorak
girang. Terima kasih Tuhan, terima kasih Firda yang sudah menemaniku belajar.