Senin, 31 Agustus 2020

Pesan Mama

 

Carita Misteri

Dimuat di Koran Merapi, Yogyakarta


 

Pesan Mama

Oleh Nina Rahayu Nadea

                Aku sadar perbuatanku salah namun aku yakin Mama tidak akan  marah. Selama ini Mama senantiasa memaafkan aku juga mengabulkan keinginanku. Hingga semakin hari ulahku tambah menjengkelkan Mama. Namun tak sedikit pun aku merasa bersalah.

                Penyelasan datang ketika Mama berpulang. Dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Aku benar-benar kehilangan Mama. Mama segalanya bagiku. Aku hilang arah. Saudaraku seolah menyalahkanku atas kepergian Mama dan membuatku semakin terpuruk. Meski kehilangan Mama, meski rasa sedih kerap datang namun aku mengalihkan gundahku dengan caraku. Kumpul-kumpul dengan teman dan hal lain yang menbuat marah keluarga.

                Rumah yang asalnya selalu rapi dan bersih, rumah yang dulu ramai oleh orang mengaji kini sepi tak terdengar. Aku senantiasa memanggil teman-temanku untuk kumpul di rumah. Bermain game, bermain gitar sampai karokean sekencangnya. Kakakku yang dulu sering bertandang ke rumah Mama, kini tidak lagi.  Lebih senang berada di rumahnya ketimbang berada di rumah Mama. Praktis membuat aku leluasa berada du rumah dengan teman-teman.

                Suatu hari aku bersama temanku ngumpul di rumah. Tak kuidahkan Kakak yang kebetulan datang menyuruhku untuk salat waktu itu. Aku asyik bermain kartu sambil cekikikan tak tahu waktu. Azan Magrib berkumandang, lampu kunyalakan tanpa berniat sedikit pun untuk melaksanakan salat. Begitu terus sampai malam. Entah jam berapa waktu itu, tiba-tiba  lampu mati.

                “wah... gelap.”

                “Semua lampu mati.”

                “Ada lilin ngak?”

                “Ngak ada.”

                “Pake Hp.”

                “Oh, bentar ada di kamar.” Aku merayap memasuki kamar. Dam sst.... ada cahaya secepat kilat kulihat, bayangan antara nyata dan tidak menyerupai tubuh manusia, terdengar suara wanita. Suara yang begitu aku kenal. Suara Mama

                “Salatlah, Nak. Jadikan rumah ini seperti dahulu.”***

Suara di Tengah Malam

 Cerita Misteri

Dimuat di Koran Merapi, Yogyakarta

Cerita Misteri


 

Suara di Tengah Malam

Oleh Nina Rahayu Nadea

                Meski rumah belum seratus persen beres, namun  paman memutuskan untuk menempatinya, dan aku pun dibawa serta. Rumah paman berada di sebuah komplek. Meski tanah di sekeliling sudah ada pemiliknya, namun yang sudah dibagun baru tiga rumah. Di pagi hari akan terasa sangat betah, udara segar serta pemandangan alami yang eksotis akan memanjakan setiap orang namun ketika malam datang akan terasa sedikit mencekam. Itu mungkin alasan banyak yang belum tergerak hatinya untuk membangun rumah. Di rumah paman yang baru aku menempati kamar berada  paling pojok.

                Suatu malam, aku terbangun dari tidur teringat akan  laporan yang harus diserahkan besok pada dosen Manajemen. Rasa kantuk hilang sudah mengingat sang dosen yang killer, jangan harap mendapat nilai bagus jika tugas dikumpulkan telat.


 

                Untuk menyelesaikan  tugasku aku biasanya melakukannya di ruang kerja Paman. Dan untuk sampai ke tempat itu harus berjalan  melewati ruang keluarga, taman dengan air mancur serta kamar Mbak Wied (anak paman) barulah akan sampai di ruang kerja Paman. Perjuangan yang ngeri-ngeri sedap di malam hari.

                Sepi terasa saat itu. Bulu kudukku meremang ketika melewati taman. Apalagi teringat Mbak Wied sudah beberapa hari tidak di rumah, ada tugas dari kampusnya,


 

                Kuindahkan hal-hal yang menggelayuti pikiran. Aku fokus membetuk laporan. Malam semakin sepi hanya suara tak tik tuk dari keyboard yang kudengar, entahlah malam itu ada perasaan yang berbeda. Aku takut.

                Untuk menghilangkan rasa takut yang luar biasa, aku bersiul. Menyanyikan lagu sunda yang sangat kukagumi, namun baru beberap bait syair kudendangkan tiba-tiba terdengar suara wanita mengikuti laguku. Aku berhenti, seketika suara itu pun berhenti.  “Itu hanya lamunanku,” batinku. kembali bersiul namun kembali suara wanita itu terdengar  jelas mengikuti suaraku. Seketika panas dingin menyelimuti tubuhku. Tak peduli dengan komputer yang masih menyala, langsung ngacir ke kamarku. 


 

                “Jangan bersiul malam-malam, nanti ada yang ngikutin,” teringat ucapan Mamaku suatu hari, dan kini terbukti. ***